Kasus rabies di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Provinsi Bali menempati urutan teratas dengan total kasus mencapai 14.827 per April 2023. Baru-baru ini, viral video seorang anak berusia 5 tahun di Bali meninggal dunia setelah digigit anjing yang terinfeksi rabies. Tingginya kasus rabies ini juga diiringi dengan berbagai mitos yang beredar di media sosial, salah satunya adalah mitos bahwa anjing rabies mati setelah menggigit manusia. Namun, apakah benar demikian? Mari kita simak ulasannya.
Rabies adalah penyakit viral yang menyerang sistem saraf mamalia, termasuk manusia dan anjing. Virus rabies menyebar melalui gigitan hewan yang terinfeksi dan menyebabkan peradangan otak yang hampir selalu berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Pada anjing, gejala rabies meliputi perubahan perilaku, agresi, kelumpuhan, dan akhirnya kematian.
Anjing dengan rabies tidak mati karena menggigit manusia. Sebaliknya, mereka mati karena infeksi virus rabies itu sendiri. Setelah terinfeksi, virus rabies menyebar ke otak dan menyebabkan kerusakan yang signifikan. Berikut adalah beberapa tahapan yang menyebabkan kematian pada anjing rabies:
Setelah memasuki tubuh melalui gigitan, virus rabies menyebar melalui saraf perifer menuju otak. Proses ini bisa memakan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan tergantung pada lokasi gigitan. Saat virus mencapai otak, gejala neurologis mulai muncul.
Anjing yang terinfeksi rabies menunjukkan gejala klinis seperti perubahan perilaku, agresi, ketakutan terhadap air (hidrofobia), kejang, dan kelumpuhan. Pada tahap akhir, anjing menjadi koma dan akhirnya meninggal akibat kerusakan otak yang parah.
Mitos bahwa anjing rabies mati setelah menggigit manusia tidak memiliki dasar ilmiah. Anjing rabies mati karena virus rabies yang menyebabkan kerusakan otak, bukan karena mereka menggigit seseorang. Tingkat kematian rabies pada anjing mendekati 100% jika tidak segera ditangani dengan vaksinasi dan perawatan medis.
Perilaku agresif pada anjing rabies disebabkan oleh kerusakan otak yang diakibatkan oleh virus rabies. Virus ini mengubah cara hewan merespons rangsangan, menyebabkan mereka kehilangan rasa takut dan menjadi agresif. Agresi adalah salah satu gejala pertama rabies pada anjing, tetapi tidak semua anjing yang agresif mengidap rabies. Mereka mungkin hanya bersifat teritorial atau mengalami gangguan perilaku lainnya.
Vaksinasi rabies sangat penting untuk mencegah penyebaran virus ini. Semua hewan peliharaan, terutama anjing dan kucing, harus divaksinasi rabies secara rutin untuk melindungi mereka dari infeksi. Selain itu, vaksinasi rabies juga melindungi manusia dari risiko tertular rabies melalui gigitan hewan yang terinfeksi.
Anjing rabies mati bukan karena mereka menggigit manusia, tetapi karena infeksi virus rabies yang menyebabkan kerusakan otak. Perubahan perilaku agresif pada anjing rabies disebabkan oleh kerusakan neurologis akibat virus tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memberikan vaksinasi rabies pada hewan peliharaan dan segera mencari perawatan medis jika terkena gigitan hewan yang dicurigai terinfeksi rabies.